﷽
Keutamaan Bertutur Kata
yang Baik
Dari Abu Syuraih, ia
berkata pada Rasulullah ﷺ,
يَا رَسُولَ اللَّهِ، دُلَّنِي عَلَى عَمِلٍ يُدْخِلُنِي
الْجَنَّةَ
“Wahai Rasulullah,
tunjukkanlah padaku suatu amalan yang dapat memasukkanku ke dalam surga.”
Beliau bersabda,
إِنَّ مِنْ مُوجِبَاتِ الْمَغْفِرَةِ
بَذْلُ السَّلامِ، وَحُسْنُ الْكَلامِ
“Di antara sebab
mendapatkan ampunan Allah adalah menyebarkan salam dan bertutur kata yang
baik.( HR. Thobroni dalam Mu’jam Al Kabir no. 469 (Maktabah Al ‘Ulum wal Hikam,
cetakan kedua, 1404 H)
Dari ‘Ali, Nabi ﷺ bersabda, “Di surga terdapat
kamar-kamar yang bagian luarnya dapat dilihat dari dalam dan bagian dalamnya
dapat dilihat dari luar.” Kemudian seorang Arab Badui bertanya, “Kamar-kamar
tersebut diperuntukkan untuk siapa, wahai Rasulullah?” Beliau pun bersabda,
لِمَنْ أَطَابَ الْكَلاَمَ وَأَطْعَمَ
الطَّعَامَ وَأَدَامَ الصِّيَامَ وَصَلَّى لِلَّهِ بِاللَّيْلِ وَالنَّاسُ نِيَامٌ
“Kamar tersebut
diperuntukkan untuk siapa saja yang tutur katanya baik, gemar memberikan makan
(pada orang yang butuh), rajin berpuasa dan rajin shalat malam karena Allah
ketika manusia sedang terlelap tidur.”( HR. Tirmidzi no. 1984 dan Ahmad
(1/155). Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan
Dari Abu Hurairah, Nabi ﷺ
bersabda,
الْكَلِمَةُ الطَّيِّبَةُ صَدَقَةٌ
“Tutur
kata yang baik adalah sedekah.”(HR. Ahmad (2/316)
Dari ‘Adi bin Hatim, Rasulullah ﷺ
bersabda,
اتَّقُوا النَّارَ وَلَوْ بِشِقِّ
تَمْرَةٍ فَإِنْ لَمْ تَجِدُوا فَبِكَلِمَةٍ طَيِّبَةٍ
“Selamatkanlah diri
kalian dari siksa neraka, walaupun dengan separuh kurma. Jika kalian tidak
mendapatkannya, maka cukup dengan bertutur kata yang baik.” ( HR. Bukhari :
6023 dan Muslim :1016)
Ibnul Qayyim
mengatakan, “Nabi ﷺ menjadikan tutur
kata yang baik sebagai pengganti dari sedekah bagi yang tidak mampu untuk
bersedekah.”(Iddatush Shobirin wa Dzakhirotusy
Syakirin, Ibnu Qayyim Al Jauziyah, hal. 109, Mawqi’ Al Waroq)
Ibnu Baththol
mengatakan, “Tutur kata yang baik adalah sesuatu yang dianjurkan dan termasuk
amalan kebaikan yang utama. Karena Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam (dalam
hadits ini) menjadikannya sebagaimana sedekah dengan harta. Antara tutur kata
yang baik dan sedekah dengan harta memiliki keserupaan. Sedekah dengan harta
dapat menyenangkan orang yang diberi sedekah. Sedangkan tutur kata yang baik
juga akan menyenangkan mukmin lainnya dan menyenangkan hatinya. Dari sisi ini,
keduanya memiliki kesamaan (yaitu sama-sama menyenangkan orang lain).(Syarh al Bukhari, Ibnu
Baththol, 17/273, Asy Syamilah.)
Dapat
Menghilangkan Permusuhan
Ibnu Baththol mengatakan, “Ketahuilah bahwa tutur kata yang baik
dapat menghilangkan permusuhan dan dendam kesumat. Lihatlah firman Allah
Ta’ala,
ادْفَعْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ
فَإِذَا الَّذِي بَيْنَكَ وَبَيْنَهُ عَدَاوَةٌ كَأَنَّهُ وَلِيٌّ حَمِيمٌ
“Tolaklah (kejelekan itu) dengan cara yang lebih baik, maka
tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah
menjadi teman yang sangat setia.” (QS. Fushilat: 34-35). Menolak kejelekan di
sini bisa dengan perkataan dan tingkah laku yang baik.”[ Syarh al Bukhari, 17/273. ]
Sahabat yg mulia, Ibnu ‘Abbas –radhiyallahu ‘anhuma– mengatakan,
“Allah memerintahkan pada orang beriman untuk bersabar ketika ada yang membuat
marah, membalas dengan kebaikan jika ada yang buat jahil, dan memaafkan ketika
ada yang buat jelek. Jika setiap hamba melakukan semacam ini, Allah akan
melindunginya dari gangguan setan dan akan menundukkan musuh-musuhnya. Malah
yang semula bermusuhan bisa menjadi teman dekatnya karena tingkah laku baik
semacam ini.”
Ibnu Katsir rahimahullah mengatakan, “Namun yang mampu melakukan
seperti ini adalah orang yang memiliki kesabaran. Karena membalas orang yg
menyakiti kita dengan kebaikan adalah suatu yang berat bagi setiap jiwa.”[ Lihat Tafsir Al Qur’an
Al ‘Azhim, 12/243 ]
Lemah Lembut Bukan
Berarti Menjilat
Perlu dibedakan antara berlaku lemah lembut dengan tujuan membuat
orang tertarik dan berlaku lembah lembut dengan maksud menjilat. Yang pertama
ini dikenal dengan mudaroh yaitu berlaku lemah lembut agar membuat orang lain
tertarik dan tidak menjauh dari kita. Yang kedua dikenal dengan mudahanah yaitu
berlaku lemah lembut dalam rangka menjilat dengan mengorbankan agama. Sikap
yang kedua ini adalah sikap tercela sebagaimana yang Allah firmankan,
وَدُّوا لَوْ تُدْهِنُ فَيُدْهِنُونَ
“Maka mereka menginginkan supaya kamu bersikap lunak lalu mereka
bersikap lunak (pula kepadamu).” (QS. Al Qalam: 9)
Ibnu Jarir Ath Thobari menafsirkan ayat di atas, “Wahai Muhammad,
orang-orang musyrik tersebut ingin kalian berlaku lembut pada mereka (dengan
mengorbankan agama kalian) dengan memenuhi seruan untuk beribadah kepada
sesembahan mereka. Jika kalian demikian, maka mereka akan berlaku lembut pada
kalian dalam ibadah yang kalian lakukan pada sesembahan kalian.”
Oleh karenanya, orang yang bersikap mudaroh akan berlemah lembut
dalam pergaulan tanpa meninggalkan sedikitpun prinsip agamanya. Sedangkan orang
yang bersikap mudahin, ia akan berusaha menarik simpati orang lain dengan cara
meninggalkan sebagian dari prinsip agamanya.
Hendaknya kita bisa memperhatikan perbedaan antara mudaroh dan
mudahanah. Lemah lembut yang dituntunkan adalah dalam rangka membuat orang
tertarik dengan akhlaq kita yang baik. Sikap pertama inilah yang akan membuat
orang menerima dakwah, namun tetap dengan mempertahankan prinsip-prinsip
beragama. Sedangkan lemah lembut yang tercela adalah jika sampai mengorbankan
sebagian prinsip beragama dan mendiamkan kemungkaran tanpa adanya pengingkaran
minimalnya dengan hati.
SEMOGA ALLAH MEMBUAT HATI
KITA SELALU LEMBUT DAN BERTUTUR KATA YANG LUNAK
Tidak ada komentar:
Posting Komentar