﷽
KEMENANGAN
TERBESAR ADALAH
MAMPU
MENAHAN AMARAH
Keutamaan Menahan Amarah dan Mengendalikan
diri ketika marah Allah Menyukai orang-orang yang berbuat kebaikan
Allah
Ta’ala memerintahkan kita apabila kita diganggu setan hendaknya kita berlindung
kepada Allah. Allah Ta’ala berfirman:
Al-Qur'an
Surat al-A'raf
وَإِمَّا يَنْزَغَنَّكَ مِنَ الشَّيْطَانِ نَزْغٌ فَاسْتَعِذْ بِاللَّهِ ۚ
إِنَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ ﴿٢٠٠﴾
Dan
jika kamu ditimpa sesuatu godaan syaitan maka berlindunglah kepada Allah ( QS.
al-A’râf : 200 )
maksudnya
jika setan memalingkan kamu dari apa yang kamu diperintahkan untuk melakukannya
dengan suatu godaan (maka berlindunglah kepada Allah) sebagai jawab syarath
sedangkan jawab amarnya dibuang, yaitu guna menolak setan daripada dirimu
(sesungguhnya Allah Maha Mendengar) semua perkataan (lagi Maha Mengetahui)
semua pekerjaan.
Al-Qur'an Surat Ali ‘Imran :
الَّذِينَ يُنْفِقُونَ فِي السَّرَّاءِ وَالضَّرَّاءِ وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ
وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ ۗ وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ ﴿١٣٤﴾
(yaitu)
orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit,
dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah
menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan. (QS Ali ‘Imran:134).
Maksudnya
jika mereka disakiti orang lain yang menyebabkan timbulnya kemarahan dalam diri
mereka, maka mereka tidak melakukan sesuatu yang diinginkan oleh watak
kemanusiaan mereka (melampiaskan kemarahan), akan tetapi mereka (justru
berusaha) menahan kemarahan dalam hati mereka dan bersabar untuk tidak membalas
perlakuan orang yang menyakiti mereka { Lihat kitab “Taisiirul Kariimir
Rahmaan” ( hal. 148) }
Dalam
sebuah hadits yang shahih, Rasulullah ﷺ
bersabda,
«
لَيْسَ الشَّدِيدُ بِالصُّرَعَةِ ، إِنَّمَا
الشَّدِيدُ الَّذِى يَمْلِكُ نَفْسَهُ عِنْدَ الْغَضَبِ
»
“Bukanlah
orang kuat (yang sebenarnya) dengan (selalu mengalahkan lawannya dalam)
pergulatan (perkelahian), tetapi tidak lain orang kuat (yang sebenarnya) adalah
yang mampu mengendalikan dirinya ketika marah ( HR .Bukhari : 5763) dan Muslim
: 2609 )
Imam
al-Munawi berkata,“Makna hadits ini: orang kuat (yang sebenarnya) adalah orang
yang (mampu) menahan emosinya ketika kemarahannya sedang bergejolak dan dia
(mampu) melawan dan menundukkan nafsunya (ketika itu). Maka Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam hadits ini membawa makna kekuatan yang
lahir kepada kekuatan batin. Dan barangsiapa yang mampu mengendalikan dirinya
ketika itu maka sungguh dia telah (mampu) mengalahkan musuhnya yang paling kuat
dan paling berbahaya (hawa nafsunya)” Kitab “Faidhul Qadiir” (5/358).
فقال رسول الله
صلى الله عليه وسلم
مَنْ كَظَمَ غَيْظًا وَهُوَ قَادِرٌ عَلَى أَنْ
يُنْفِذَهُ دَعَاهُ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ عَلَى رُؤُوْسِ الْخَلاَئِقِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
حَتَّى يُخَيِّرَهُ اللهُ مِنَ الْحُوْرِ الْعِيْنِ مَا شَاءَ.
Barangsiapa
menahan amarah padahal ia mampu melakukannya, pada hari Kiamat Allah akan
memanggilnya di hadapan seluruh makhluk, kemudian Allah menyuruhnya untuk
memilih bidadari yang ia sukai (HR Ahmad (III/440), Abu Dawud (: 4777)
Rasulullah
ﷺ
pernah bersabda kepada seorang sahabatnya,
لاَ تَغْضَبْ وَلَكَ الْجَنَّةُ
“Jangan
kamu marah, maka kamu akan masuk Surga.”
[
HR ath-Thabrani dalam al-Mu’jamul Ausath [ : 2374 ]
Orang
Islam hendaklah amarahnya itu untuk menolak gangguan terhadap agamanya dan
membela kebenaran atau balas dendam terhadap orang-orang yang mendurhakai
Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengajarkan agar orang yang marah untuk duduk
atau berbaring. Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda:
إِذَا غَضِبَ أَحَدُكُمْ وَهُوَ قَائِمٌ فَلْيَجْلِسْ ، فَإِنْ ذَهَبَ عَنْهُ
الْغَضَبُ ، وَإِلَّا فَلْيَضْطَجِعْ.
Apabila
seorang dari kalian marah dalam keadaan berdiri, hendaklah ia duduk; apabila
amarah telah pergi darinya, (maka itu baik baginya) dan jika belum, hendaklah
ia berbaring ( HR Ahmad (V/152), Abu
Dawud (no. 4782 )
Semoga bermanfaat