﷽
KATAKAN KEBENARAN ITU WALAU
PAHIT
Wasiat Rasululah
ﷺ kepada Abu Dzaar Al-Ghifari
عَنْ أَبِيْ ذَرٍّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ: أَوْصَانِيْ خَلِيْلِي صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِسَبْعٍ : بِحُبِّ الْمَسَاكِيْنِ وَأَنْ أَدْنُوَ مِنْهُمْ،
وَأَنْ أَنْظُرَ إِلَى مَنْ هُوَ أَسْفَلُ مِنِّي وَلاَ أَنْظُرَ إِلَى مَنْ هُوَ فَوقِيْ،
وَأَنْ أَصِلَ رَحِمِيْ وَإِنْ جَفَانِيْ، وَأَنْ أُكْثِرَ مِنْ لاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ
إِلاَّ بِاللهِ، وَأَنْ أَتَكَلَّمَ بِمُرِّ الْحَقِّ، وَلاَ تَأْخُذْنِيْ فِي اللهِ
لَوْمَةُ لاَئِمٍ، وَأَنْ لاَ أَسْأَلَ النَّاسَ شَيْئًا.
Dari Abu Dzar Radhiyallahu anhu, ia berkata: “Kekasihku
(Rasulullah) Shallallahu ‘alaihi wa sallam berwasiat kepadaku dengan tujuh hal:
(1) supaya aku mencintai orang-orang miskin dan dekat dengan
mereka,
(2) beliau memerintahkan aku agar aku melihat kepada orang
yang berada di bawahku dan tidak melihat kepada orang yang berada di atasku,
(3) beliau memerintahkan agar aku menyambung silaturahmiku
meskipun mereka berlaku kasar kepadaku,
(4) aku dianjurkan agar memperbanyak ucapan lâ haulâ walâ
quwwata illâ billâh (tidak ada daya dan upaya kecuali dengan pertolongan
Allah),
(5) aku diperintah untuk mengatakan kebenaran meskipun pahit,
(6) beliau berwasiat agar aku tidak takut celaan orang yang
mencela dalam berdakwah kepada Allah, dan
(7) beliau melarang aku agar tidak meminta-minta sesuatu pun
kepada manusia”.
[ HR.Ahmad 5 : 159.] [ Imam al-Baihaqi dalam
as-Sunanul-Kubra (X/91 ]
[ Imam
Ibnu Hibban dalam Shahîh-nya (no. 2041-al-Mawârid ]
(1) Mencintai orang miskin
Beliau memerintahkan kita seluruh umat Islam agar senantiasa untuk
mencintai orang miskin. Orang-orang miskin yang beliau maksudkan adalah
orang-orang yang hidupnya tidak berkecukupan dan tidak mempunyai harta untuk
mencukupi kehidupannya, dan mereka tidak mau meminta-minta untuk mencukupi
kebutuhan mereka.
Dalam suatu riwayat Ibnu
‘Umar disebutkan pada satu hari bahwa salah seorang dari kaum Muhajirin yang
miskin menceritakan kepada Rasulullah, betapa beruntungnya mereka yang memiliki
kekayaan harta, karena dapat beribadah dan beramal lebih banyak melalui harta
mereka. Mendengar hal itu, Rasulullah pun bersabda: “Wahai orang-orang yang
miskin, aku akan memberikan kabar gembira kepada kalian, bahwa orang mukmin
yang miskin akan lebih dahulu masuk surga daripada orang mukmin yang kaya,
dengan tenggang waktu setengah hari, itu sama dengan lima ratus tahun. Bukankah
Allah berfirman: Sesungguhnya sehari di sisi Tuhanmu adalah seperti seribu
tahun menurut perhitunganmu”.
Lalu, bagaimana bisa seorang yang miskin akan lebih dahulu masuk
surga? Padahal bisa dibilang orang yang memiliki hartalah yang lebih banyak
beramal dan bersedekah. Rasulullah pun menjawab, orang-orang yang memiliki
harta akan menyusul orang-orang miskin untuk memasuki surga, karena mereka
harus melalui proses pertanggungjawaban dan perhitungan dari harta-harta yang
mereka miliki dan mereka pakai selama mereka hidup di dunia ini. Maka, sungguh
begitu banyak ladang amal yang telah Allah sediakan di muka bumi ini, salah
satunya yaitu mengasihi dan menyayangi orang-orang miskin.
(2) Melihat pada
orang yang lebih rendah dalam hal materi dan penghidupan
Jauh dari syukur, itulah sifat dasar dari manusia, oleh karena itu
Rasulullah memerintahkan umat Islam untuk melihat kepada orang yang lebih
rendah dalam hal materi dan penghidupan, agar kita senantiasa berterimakasih
dan bersyukur atas segala sesuatu yang telah Allah berikan kepada kita.
Sebagaimana sabda Rasulullah: “Lihatlah kepada orang yang berada di bawahmu dan
jangan melihat orang yang berada di atasmu, karena yang demikian lebih patut,
agar kalian tidak meremehkan nikmat Allah yang telah diberikan kepadamu” (HR.
Bukhari)
Melalui hadits ini Rasulullah mengingatkan kita agar tidak melihat
kepada orang-orang yang hidupnya berada di atas kita, orang-orang yang hidupnya
bergelimang harta dan memiliki kekayaan yang melimpah, karena demi Allah,
keindahan dan kenikmatan benar-benar menyilaukan dan memukau bagi siapa saja
yang lupa untuk berterima kasih dan beriman kepada Allah SWT. Dengan melihat
kepada orang yang berada di bawah kita, kita akan merasa berterima kasih dan
menyadari begitu banyak nikmat yang telah diberikan-Nya sampai saat ini. Nikmat
dan karunia sekecil apapun, jika disyukuri maka akan terasa begitu indah.
(3) Menyambung silaturahim
Silaturahim adalah ibadah yang mulia
dan memberikan banyak berkah bagi siapa pun yang melakukannya. Silaturahim
merupakan fitrah dan kebutuhan manusia, karena seperti apa yang telah kita
dapat dari pelajaran IPS semasa di sekolah, manusia adalah makhluk sosial yang
tidak bisa hidup sendiri, dan senantiasa berinteraksi dan bersosialisasi dengan
sesama manusia. Maka, silaturahim merupakan salah satu ibadah yang paling
dianjurkan dan diwajibkan dalam Islam. Seperti peringatan dan ancaman-Nya dalam
firman “Maka, apakah kiranya jika kamu berkuasa kamu akan membuat kerusakan di
muka bumi dan memutuskan hubungan kekeluargaan? Mereka itulah orang-orang yang
dilaknati Allah dan ditulikan-Nya telinga mereka, dan dibutakan-Nya penglihatan
mereka.” (QS. Muhammad [47]: 22-23)
Maka, di zaman modern yang semakin
memudahkan kita untuk berkomunikasi, rasanya tidak ada lagi alasan untuk tidak
menyambung silaturahim kepada sesama saudara. Karena, menyambung tali
silaturahim memiliki banyak manfaat, rahmat dan kebaikan dari Allah senantiasa
tercurah kepada mereka yang senantiasa menyambung tali silaturahim, silaturahim
juga merupakan sebab pentingnya seseorang masuk surga dan dijauhkan dari api
neraka. Selain itu, silaturahim juga merupakan tanda ketaatan dan amalan yang
mendekatkan seorang hamba kepada Tuhannya, Allah SWT.
(4) Memperbanyak ucapan “La Haula Walaa Quwwata Illa Billah”
Segala sesuatu yang terjadi di muka bumi ini,
baik yang besar maupun kecil, semuanya terjadi karena kehendak-Nya, maka
tidaklah pantas kita sebagai manusia merasa sombong dan takabur. Kalimat ini
juga mengingatkan kita bahwa hanya Allah lah satu-satunya tempat kembali dan
meminta, tiada daya dan kekuatan yang dapat menandingi atau menyamai kekuatan
serta kehendak-Nya.
Ketika seorang hamba mengucapkan
kalimat La haula walaa quwwata illa billah dengan sepenuh hati, berarti bahwa
hamba tersebut telah mengakui ketidakberdayaan dan kelemahannya di hadapan
Allah SWT, tiada kesombongan sedikit pun terbesit bagi mereka yang telah
mengucapkan kalimat ini dengan sepenuh hati dan jiwa.
5. Berani berkata benar meskipun pahit
Berkata benar, terkadang memang terasa
sulit, terlebih jika kebenaran tersebut adalah kebenaran yang terasa pahit
untuk diucapkan dan disampaikan.Rasulullah sabdakan: “Jihad yang paling utama
ialah mengatakan kalimat yang haq (benar) kepada penguasa yang zhalim”.
Rasulullah SAW bersabda: “Barangsiapa
yang ingin menasihati penguasa, janganlah ia menampakkan dengan
terang-terangan. Hendaklah ia pegang tangannya lalu menyendiri dengannya. Kalau
penguasa itu mau mendengar nasihat itu, maka itu yang terbaik. Dan bila si
penguasa itu enggan (tidak mau menerima), maka sungguh ia telah menjalankan
kewajiban amanah yang dibebankan kepadanya”.
(6) Tidak takut celaan ketika berdakwah di jalan Allah
Dakwah,
sedari dulu, memang bukan hal yang mudah dan pasti akan mengalami banyak
hambatan dan cobaan. Hambatan, rintangan, dan perlawanan tentu akan datang dari
mereka yang tidak menyukai melihat Islam berjaya. Hambatan dan rintangan yang
berat ini bukan tidak mungkin akan menyurutkan langkah kita dalam berdakwah,
namun Rasulullah mengajarkan kepada kita untuk tetap bersikap berani dan
pantang menyerah dalam menyampaikan kebaikan (QS. Al-Ahzaab [33]: 39).
Dakwah, sedari dulu, memang bukan hal yang
mudah dan pasti akan mengalami banyak hambatan dan cobaan. Hambatan, rintangan,
dan perlawanan tentu akan datang dari mereka yang tidak menyukai melihat Islam
berjaya. Hambatan dan rintangan yang berat ini bukan tidak mungkin akan
menyurutkan langkah kita dalam berdakwah, namun Rasulullah mengajarkan kepada
kita untuk tetap bersikap berani dan pantang menyerah dalam menyampaikan
kebaikan (QS. Al-Ahzaab [33]: 39).
Allah begitu mencintai siapa pun yang
mengutarakan kebenaran dari ajaran-Nya, seperti yang Allah sampaikan dalam
surat Al-Maidah [5]: 54. Jaminan mendapatkan surga pun telah dijanjikan-Nya
bagi siapa pun yang berdakwah di jalan-Nya. Dakwah memanglah tidak mudah, maka
dakwah harus dilakukan semata untuk mendapatkan Ridha-Nya agar kita tidak
dengan mudah berhenti dan keluar dari barisan dakwah yang begitu mulia ini.
(7) Tidak meminta-minta
Meminta-minta adalah perbuatan yang
sama sekali tidak mencerminkan sikap dan jiwa dari seorang muslim yang baik.
Meminta-minta adalah haram hukumnya dalam Islam, karena Islam mengajarkan
setiap umatnya untuk senantiasa berusaha dan berjuang untuk mendapatkan apa
yang diinginkan. Hidup memanglah tidak mudah dan membutuhkan perjuangan yang
besar untuk dapat tetap bertahan, oleh karena itu Islam mengharamkan hal ini
dan mendidik setiap umatnya agar dapat menjadi manusia yang tangguh dan tidak
bermental “peminta-minta”.
Meminta-minta diperbolehkan jika untuk
keperluan yang berkenaan dengan keperluan dan kepentingan umum umat Islam,
seperti untuk pembangunan sarana peribadatan, pendidikan bantuan untuk
fakir-miskin dan anak-anak yatim. Namun, semua hal tersebut pun harus dilakukan
sesuai dengan prosedural yang berlaku, tidak dapat dilakukan secara sembarangan
dan tanpa aturan.
Mental seorang muslim adalah mental
seorang muslim yang tangguh dan tidak mudah menyerah serta rela berjuang keras
untuk mendapatkan dan mencapai impiannya, bukan dari meminta-minta dan sekedar
berpangku tangan.
inilah ke 7 wasiat Rasulullah ﷺ yang disampaikan kepada Abu Dzar Al-Ghifari, semoga apa yang disampaikan dapat bermanfaat.