animasi

السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

Sabtu, 12 Desember 2015

AMALIA SUNNAH SEBELUM TIDUR



Rasulullah saw pernah berkata kepada Aisyah “Janganlah engkau tidur sebelum mengerjakan 4 hal.
Pertama  : menghatamkan al-Qur’an. Yaitu : (Qul huwallau ahad ... hingga selesai di baca sebanyak 3x)

Kedua : menjadikan para Nabi sebagai pemberi syafaat bagimu. Yaitu :  (Allahumma shalli ala sayyidina Muhammadin wa ala jami’il anbiya’ wal mursalin 3x ), 

Ketiga : meminta ridha dari semua kaum muslimin. Yaitu : ( Allahummaghfirli wa liwalidayya wa li jami’il muslimin wal muslimat wal mu’minin wal mu’minat, 1x)

Keempat : melaksanakan haji dan Umrah. Yaitu : ( Subhanallah wal hamdulillah wa la ilaha illallah wallahu akbar, wa la haula wa la quwwata illa billahil aliyyil adhim, 7x) 

Kemudian Aisyah menjawab “bagaimana aku bisa melakukan keempat hal tersebut?” seraya tersenyum Rasulullah saw berkata “Apabila engkau membaca surat al-Ikhlas tiga kali, maka seakan-akan engkau telah menghatamkan al-Qur’an. Dan apabila engkau bershalawat kepadaku dan kepada semua Nabi-Nabi maka engkau sama dengan menjadikan kami sebagai pemberi syafaatmu. Dan apabila engkau beristighfar untuk kaum muslimin, maka engkau telah menjadikan mereka ridha kepadamu. Dan terakhir apabila engkau membaca tasbih seolah engkau telah melaksanakan haji dan umrah :

 Siapa yang membaca ayat Kursi sebelum tidur, maka ia akan terus dijaga oleh Allah dan terlindungi dari gangguan setan hingga pagi hari. HR. Bukhari no. 3275

            Mengumpulkan dua telapak tangan. Lalu ditiup dan dibacakan surat Al Ikhlas, Al Falaq dan An Naas. Kemudian dua telapak tangan tersebut mengusap tubuh yang dapat dijangkau, dimulai dari kepala, wajah dan tubuh bagian depan. Semisal itu diulang sampai tiga kali. HR. Bukhari no. 5017 dan Muslim no. 2192.

  Allahumma qinii ‘adzaabak, yawma tab’atsu ‘ibaadak.
“Ya Allah, jauhkanlah aku dari siksaanMu pada hari Engkau membangkitkan hamba-hambaMu (yaitu pada hari kiamat).” (Dibaca 1 x).
Faedah: Apabila Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam hendak tidur, beliau meletakkan tangan kanannya di bawah pipinya, kemudian membaca dzikir di atas. HR. Tirmidzi no. 3398 dan Abu Daud no. 5045. Al Hafizh Abu Thohir mengatakan hadits ini shahih. Syaikh Al Albani mengkritik tentang penyebutan dzikir ini tiga kali. Yang tepat riwayat tersebut tanpa penyebutan tiga kali. Lihat As Silsilah Ash Shahihah no. 2754, 6: 588.

Bismika allahumma amuutu wa ahyaa.
“Dengan namaMu, ya Allah! Aku mati dan hidup.” (Dibaca 1 x) HR. Bukhari no. 6312 dan Muslim no. 2711.
 

AMALIA PAGI DAN PETANG



بِسْمِ اللَّهِ ارَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

  
1.   Membaca Ayat Kursi  (QS. Al Baqarah: 255)  (Dibaca 1 x) 
Faedah : Siapa yang membacanya ketika petang, maka ia akan dilindungi (oleh Allah dari berbagai gangguan) hingga pagi. Siapa yang membacanya ketika pagi, maka ia akan dilindungi hingga petang.  HR. Al Hakim (1: 562).

          2. Me mbaca surat Al Ikhlas, Al Falaq, An Naas
Artinya: “Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Katakanlah: Dialah Allah, Yang Maha Esa. Allah adalah ilah yang bergantung kepada-Nya segala urusan. Dia tidak beranak dan tiada pula diperanakkan, dan tidak ada seorang pun yang setara dengan Dia.” (QS. Al Ikhlas: 1-4) ( Dibaca 3 x )
Artinya: “Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Katakanlah: Aku berlindung kepada Rabb yang menguasai Shubuh, dari kejahatan makhluk-Nya, dan dari kejahatan malam apabila telah gelap gulita, dan dari kejahatan-kejahatan wanita tukang sihir yang menghembus pada buhul-buhul, dan dari kejahatan orang yang dengki apabila ia dengki”. (QS. Al Falaq: 1-5)  (Dibaca 3 x)
Artinya: “Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Katakanlah: Aku berlindung kepada Rabb manusia. Raja manusia. Sembahan manusia, dari kejahatan (bisikan) syaitan yang biasa bersembunyi, yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia, dari jin dan manusia.” (QS. An Naas: 1-6) (Dibaca 3 x)
Faedah: Siapa yang mengucapkannya masing-masing tiga kali ketika pagi dan petang, maka segala sesuatu akan dicukupkan untuknya. HR. Abu Daud no. 5082, Tirmidzi no. 3575. Al

       3.  Sayyidul Istighfar

“ Allahumma anta robbii laa ilaha illa anta, kholaqtanii wa anaa ‘abduka wa anaa ‘ala ‘ahdika wa wa’dika mas-tatho’tu. A’udzu bika min syarri maa shona’tu. Abu-u laka bi ni’matika ‘alayya wa abu-u bi dzambii. Fagh-firlii fainnahu laa yagh-firudz dzunuuba illa anta.”
Artinya:“Ya Allah, Engkau adalah Rabbku, tidak ada ilah yang berhak disembah kecuali Engkau, Engkaulah yang menciptakanku. Aku adalah hamba-Mu. Aku akan setia pada perjanjianku pada-Mu (yaitu aku akan mentauhidkan-Mu) semampuku dan aku yakin akan janji-Mu (berupa surga untukku). Aku berlindung kepada-Mu dari kejelekan yang kuperbuat. Aku mengakui nikmat-Mu kepadaku dan aku mengakui dosaku. Oleh karena itu, ampunilah aku. Sesungguhnya tiada yang mengampuni dosa kecuali Engkau.” (Dibaca 1 x)

Faedah: Barangsiapa mengucapkan dzikir ini di siang hari dalam keadaan penuh keyakinan, lalu ia mati pada hari tersebut sebelum petang hari, maka ia termasuk penghuni surga. Barangsiapa yang mengucapkannya di malam hari dalam keadaan penuh keyakinan, lalu ia mati sebelum pagi, maka ia termasuk penghuni surga. HR. Bukhari no. 6306
4.     Bismillahilladzi laa yadhurru ma’asmihi syai-un fil ardhi wa laa fis samaa’ wa huwas samii’ul ‘aliim.
Artinya:“Dengan nama Allah yang bila disebut, segala sesuatu di bumi dan langit tidak akan berbahaya, Dia-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (Dibaca 3 x)
Faedah: Barangsiapa yang mengucapkan dzikir tersebut sebanyak tiga kali di pagi hari dan tiga kali di petang hari, maka tidak akan ada bahaya yang tiba-tiba yang memudaratkannya. HR. Abu Daud no. 5088, 5089, Tirmidzi no. 3388, dan Ibnu Majah no. 3869.

5.     Dari Abu Wail berkata: “Ada seorang (budak) laki-laki datang kepada Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu dan berkata, “Wahai amirul mukminin, saya tidak mampu melunasi uang syarat pembebasan saya, maka bantulah saya!”Mendengar hal itu, Ali bin Abi Thalib berkata, “Maukah engkau apabila aku ajarkan kepadamu beberapa patah kata yang telah diajarkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam kepadaku. Dengan beberapa patah kata itu, seandainya engkau memiliki hutang sebesar gunung Shir niscaya Allah akan membayarkan hutangmu. Bacalah:  ( 7x )

Allahummak-finii bihalaalika ‘an haroomika, wa aghniinii bi fadhlika ‘amman siwaaka “
Artinya: “ Ya Allah, cukupilah aku dengan rizki-Mu yang halal sehingga aku terhindar dari rizki yang haram dan perkayalah aku dengan karunia-Mu sehingga aku tidak meminta kepada selain-Mu.”  (HR. Tirmidzi no. 3563, Ahmad no. 1319 dan Al-Hakim no. 1973)

6.     Sebagaimana riwayat Al Imam Abu Daud Radiyallahu Anhu : ‘Barangsiapa di pagi hari atau di sore hari membaca HASBIYALLAAHU LAAILAHA ILLA HUWA ‘ALAIHI TAWAKKALTU WAHUWA RABBUL ‘ARSYIL ‘AADZIIIM sebanyak 7 kali, maka Allah akan melindunginya dari apa yang dirisaukannya, apakah ia membacanya dengan kesungguhan atau tidak dengan kesungguhan” (H.R. Abu Dawud)

Artinya: Jika Mereka Berpaling(Dari Keimanan), Maka Katakanlah, “Cukuplah Allah bagiku; tidak ada Tuhan selain Dia. Hanya kepada-Nya aku bertawakkal dan Dia adalah Tuhan yang memiliki ‘Arsy yang Agung

7.   Hasbunallah Wa Ni’mal Wakil, Ni’mal Maula Wa Ni’man Nashir 
Artinya: “Cukuplah Allah menjadi Penolong bagi kami dan Allah adalah  sebaik-baik Pelindung”
                 Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
Barangsiapa yang mencari kecukupan (dari Allah) maka Allah mencukupkannya.”
8.     Yaa hayyu yaa qåyyuum, bi råhmatika astaghiitsu, ash-lihliy sya’niy kullahu, wa laa takilniy ila nafsiy thårfata ‘ayn.
Artinya: “Wahai Rabb Yang Mahahidup, wahai Rabb Yang Mahaberdiri Sendiri (tidak butuh segala sesuatu), dengan rahmat-Mu aku meminta pertolongan, perbaikilah segala urusanku dan janganlah Engkau serahkan (urusanku) kepada diriku sendiri walaupun hanya sekejap mata (tanpa mendapat pertolongan dari-Mu).” (Dibaca 1 x pagi dan petang)

Keterangan: HR. An-Nasa-i dalam ‘Amalul Yaum wal Lailah no.575, al-Bazzar dan al-Hakim 1/545, lihat Shahiih at-Targhiib wat Tarhiib I/417 no. 661, ash-Shahiihah no. 227, hasan. Dari Anas RA.

9.     A’udzu bikalimaatillahit-taammaati min syarri maa kholaq.
Artinya: “Aku berlindung dengan kalimat-kalimat Allah yang sempurna dari kejahatan makhluk yang diciptakanNya.” (Dibaca 3 x pada waktu petang)
Faedah: Siapa yang mengucapkannya di petang hari, niscaya tidak ada racun atau binatang (seperti: kalajengking) yang mencelakakannya di malam itu. HR. Ahmad 2: 290.

10.                       Laa ilaha illallah wahdahu laa syarika lah, lahul mulku walahul hamdu wa huwa ‘ala kulli syai-in qodiir.
Artinya:“Tidak ada ilah yang berhak disembah selain Allah semata, tidak ada sekutu bagi-Nya. Bagi-Nya kerajaan dan segala pujian. Dia-lah yang berkuasa atas segala sesuatu.” (Dibaca 1o x)
Faedah: Barangsiapa yang membaca dzikir tersebut di pagi hari sebanyak sepuluh kali, Allah akan mencatatkan baginya 10 kebaikan, menghapuskan baginya 10 kesalahan, ia juga mendapatkan kebaikan semisal memerdekakan 10 budak, Allah akan melindunginya dari gangguan setan hingg petang hari. Siapa yang mengucapkannya di petang hari, ia akan mendapatkan keutamaan semisal itu pula. HR. An Nasai Al Kubra 6: 100.                  
  11.   Astaghfirullåha wa atuubu ilayh
Artinya: “ Aku memohon ampunan kepada Allah dan bertobat kepada-Nya.”
Keterangan : Dzikir ini dibaca 100 kali dalam sehari, boleh dipagi hari atau sore hari. HR. Al-Baari XI/101 dan Muslim no.2702. Dari Ibnu 'Umar ia berkata: "Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam ber­sabda: 'Wahai manusia, bertaubatlah kalian kepada Allah, sesungguhnya aku bertaubat kepada-Nya dalam sehari seratus kali.'" HR. Muslim no. 2702 (42). Dalam riwayat lain dari Agharr al-Muzani, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda: "Sesungguhnya hatiku terkadang lupa, dan se­sungguhnya aku istighfar (minta ampun) kepada Allah dalam sehari seratus kali." (HR. Muslim no. 2075 (41))Kemudian Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda: "Barangsiapa yang mengucapkan: 'Aku memohon ampunan kepada Allah Yang Maha Agung, Yang tidak ada Ilah (yang berhak diibadahi dengan benar) kecuali Dia, Yang Maha hidup lagi Mahaberdiri sendiri dan aku ber­taubat kepada-Nya.' Maka Allah akan mengampuni dosanya meskipun ia pernah lari dari medan perang." HR. Abu Dawud no. 1517, at-Tirmidzi no. 3577 dan al-Hakim I/511. Lihat Shahiih at-Tirmidzi III/182 no.2831.Adapun ayat Al-Qur’an yang menganjurkan istighfar dan taubat di antara­nya: (QS. Huud: 3), (QS. An-Nuur: 31), (QS. At-Tahriim: 8) dan lain-lain.

1                     12.  Subhaanallåhi wa bihamdih.
                Artinya: “Maha suci Allah, aku memuji-Nya.” (Dibaca 100 x)
Faedah: Barangsiapa yang mengucapkan kalimat ‘subhanallah wa bi hamdih’ di pagi dan petang hari sebanyak 100 x, maka tidak ada yang datang pada hari kiamat yang lebih baik dari yang ia lakukan kecuali orang yang mengucapkan semisal atau lebih dari itu. HR. Muslim no. 2692.
1          13     Dibaca 10x ketika pagi dan sore. “Barangsiapa yang membaca shalawat kepadaku ketika pagi sepuluh kali dan ketika sore sepuluh kali maka dia akan mendapatkan syafa’atku pada hari kiamat.” (HR. Ath-Thabraniy dengan dua sanad, salah satu sanadnya jayyid, lihat Majma’uz Zawaa`id 10/120 dan Shahih At-Targhiib wat Tarhiib 1/273)

Bacaan Dzikir Sebelum Tidur

Salah Satu Bacaan Dzikir Sebelum Tidur yaitu Ayat Kursi


Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Apabila engkau mendatangi tempat tidur (di malam hari), bacalah Ayat Kursi, niscaya Allah akan senantiasa menjagamu dan setan tidak akan mendekatimu hingga waktu pagi” (HR. Al-Bukhari).

Jadikanlah ayat kursi sebagai dzikir rutin yang dibaca ketika hendak tidur. Selain itu, ayat kursi juga termasuk bacaan dzikir pagi dan petang.
Salah Satu Sebab Masuk Surga


Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang membaca Ayat Kursi setelah selesai shalat, maka tidak ada yang menghalanginya masuk surga kecuali kematian” (HR. An Nasa-i, dinilai shahih oleh Syaikh Al-Albani).

Rabu, 29 Juli 2015

Ikhlas dan niat



Diriwayatkan dari Abu Hurairah Abdur Rahman bin Shakhr ra.berkata , “Rasulullah saw.bersabda, ’ sesungguhnya Allah swt. itu tidak memandang tubuh kalian,tidak pulah memandang bentuk rupamu,tetapi Allah memandag hati kalian’.” ( Riawayat Muslim)  .
 Hadits ini senada dengan dengan kandungan firman Allah Ta’ala:
“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku, supaya kamu saling mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah adalah orang yang paling takwa diantara kamu.” (QS. Al-Hujuraat : 13)

Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak melihat fisik para hamba-Nya, besar atau kecil, sehat atau sakit, sebagaimana juga tidak melihat rupa mereka apakah baik bagus ataupun buruk. Allah juga tidak melihat nasab mereka, tinggi maupun rendah, Allah juga tidak melihat harta-harta mereka. Allah Subhanau wa Ta’ala tidak melihat itu semua, karena semua itu tidak berarti disisi Allah.

Tidak ada hubungan antara Allah Subhanahu wa Ta’ala dan makhluk-Nya, kecuali hanyalah takwa, maka barang siapa yang bertakwa kepada Allah, dia lebih dekat kepada Allah dan lebih mulia disisi-Nya. Karena itu, janganlah kamu menyombongkan hartamu, kecantikanmu, jasadmu anak-anakmu, istanamu, mobilmu, dan apapun yang didunia ini. Saat kamu mendapat taufiq dari Allah menjadi orang yang bertakwa, maka hal itu merupakan karunia Allah yang dilimpahkan kepadamu. Maka hendaknya kamu bersyukur kepada Allah atas karunia tersebut.

Ketahuilah bahwa sesungguhnya amalan itu pasti disertai niat yang bersumber dari hati. Berapa banyak orang yang pada lahirnya sehat, baik dan shalih, akan tetapi manakala berdiri diatas sesuatu yang rusak dia akan menjadi hancur pula.

Yang menjadi tolak ukur adalah niat. Kamu mendapati dua orang yang shalat dalam satu shaf, mengikuti satu imam, namun nilai shalat mereka berbeda jauh bak timur dan barat, karena hati mereka berbeda. Salah satu dari mereka berdua, hatinya lalai bakan riya’ dalam melaksanakan shalatnya; dia melaksanakan shalat untuk kepentingan duniawi. Na’udzubillah. Sedangkan yang satunya lagi, mendirikan shalat dengan menghadirkan hati dan menginginkan wajah Allah, serta mengikuti sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam.

Diantara keduanya terdapat perbedaan yang mencolok. Tandanya apa yang terdapat dalam hati, dan dari sanalah Allah memberikan pahala dihari kiamat, sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala,
“Sesungguhnya Allah benar-benar kuasa untuk mengembalikannya (hidup sesudah mati). Pada hari dinampakkan segala rahasia.” (QS. Ath-Thaariq :8-9)

a)      Bahwa suatu amalan itu teranggap dan bernilai di sisi Allah dengan niat yang ikhlash dan baik bukan dari bentuknya. Sehingga yang dihukumi adalah niat dari yang beramal. Jika niatnya ikhlash maka amalan itu amalan yang shalih. Jika niat pelaku amalan itu tidak ikhlash karena Allah maka amalannya itu rusak walaupun bentuknya adalah amalan shalih.

b) Hendaknya seseorang tidak berbangga-bangga dengan banyaknya melakukan amalan shalih namun tidak ikhlash karena itu tidak bernilai di sisi Allah. Seseorang yang berinfak dengan nilai yang sedikit disertai ikhlas  itu lebih baik dari seseorang yang berinfak dengan jutaan atau milyaran rupiah namun itu karena riya'. Sebab, yang pertama tercatat sebagai amalan shalih dan memberatkan timbangan amal pelakunya sedangkan yang kedua tidak.

c)      Kecantikan itu ada dua: yang zhahir (tampak) dan bathin (tersembunyi). Kecantikan batin seperti keimanan, ketakwaan, ilmu, akal yang sehat, kedermawanan, akhlak yang mulia. Inilah yang dilihat oleh Allah dan yang dicintai-Nya. Sehingga keindahan batin itu lebih baik dari keindahan zhahir.

d)      Keindahan zhahir seperti harta dan jasmani itu tidak bernilai dan tidak dilihat oleh Allah kecuali jika digunakan di dalam ketaatan kepada-Nya.

e)       Seorang mukmin yang memiliki kecantikan yang batiniah akan memiliki wibawa dan disenangi manusia sesuai dengan kadar keimanannya. Barangsiapa yang melihatnya akan mencintai dan segan kepadanya walaupun ia berkulit hitam dan tidak tampan atau cantik secara fisik. Dan ini hal yang kita saksikan di lingkungan kita.
Dan sebaliknya jika seseorang memiliki keindahan lahiriah namun berakhlak jelek, pelaku kemaksiatan, dan hal-hal yang terlarang, maka akan dibenci dan tidak memiliki kewibawaan di hadapan orang mukmin.
a. Jika tempat takwa itu di hati maka tidak ada yang bisa menelaahnya kecuali Allah 'Azza wa Jalla. Orang yang menampakkan ketakwaaan secara zhahirnya maka itu yang kita hukumi. Adapun niatnya maka itu antara dirinya dengan Allah Yang Maha Mengetahui dan Maha Mengawasi segala sesuatu.

b.    Sesungguhnya takwa jika telah ada di hati seseorang maka akan tampak buahnya di amalan anggota badannya dengan ia istiqamah dan meninggalkan kemaksiatan. Dan seorang mukmin yang Allah terangi hatinya dengan iman akan tampak cahaya iman di wajahnya dan akan dikenakan rasa cinta dan wibawa di hadapan manusia.

c.      Jika Allah tidak melihat kepada bentuk jasad dan harta seseorang lalu bagaimana kita mengutamakan seseorang dengan sesuatu yang Allah tidak mengutamakannya dengan hal itu? Seperti mengutamakan orang kaya yang fasik dari orang miskin yang shalih. Maka seharusnya kita melihat dan menilai seseorang sebagaimana yang Allah lihat pada seseorang itu yaitu kebaikan amalan-amalan mereka.  
Jika hatimu sehat dan baik, maka bergembiralah dengan kebaikan tetapi jika tidak, maka kamu kehilangan kebaikan, semuanya. Sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala,
“Maka apakah dia tidak mengetahui apabila dibangkitkan apa yang ada di dalam kubur. Dan dilahirkan apa yang ada didalam kalbu .” (QS. Al-‘Aadiyaat :9-10)