animasi
Selasa, 15 Desember 2015
Sabtu, 12 Desember 2015
AMALIA SUNNAH SEBELUM TIDUR
AMALIA PAGI DAN PETANG
بِسْمِ اللَّهِ ارَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
1. Membaca Ayat Kursi (QS. Al Baqarah: 255) (Dibaca
1 x)
Faedah : Siapa
yang membacanya ketika petang, maka ia akan dilindungi (oleh Allah dari
berbagai gangguan) hingga pagi. Siapa yang membacanya ketika pagi, maka ia akan
dilindungi hingga petang. HR. Al Hakim (1: 562).
2. Me mbaca surat Al Ikhlas, Al Falaq, An Naas
Artinya: “Dengan
menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Katakanlah: Dialah
Allah, Yang Maha Esa. Allah adalah ilah yang bergantung kepada-Nya segala
urusan. Dia tidak beranak dan tiada pula diperanakkan, dan tidak ada seorang
pun yang setara dengan Dia.” (QS. Al Ikhlas: 1-4) (
Dibaca 3 x )
Artinya: “Dengan
menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Katakanlah: Aku
berlindung kepada Rabb yang menguasai Shubuh, dari kejahatan makhluk-Nya, dan
dari kejahatan malam apabila telah gelap gulita, dan dari kejahatan-kejahatan
wanita tukang sihir yang menghembus pada buhul-buhul, dan dari kejahatan orang
yang dengki apabila ia dengki”. (QS. Al Falaq: 1-5) (Dibaca 3 x)
Artinya: “Dengan
menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Katakanlah: Aku
berlindung kepada Rabb manusia. Raja manusia. Sembahan manusia, dari kejahatan
(bisikan) syaitan yang biasa bersembunyi, yang membisikkan (kejahatan) ke dalam
dada manusia, dari jin dan manusia.” (QS. An Naas: 1-6) (Dibaca
3 x)
Faedah: Siapa
yang mengucapkannya masing-masing tiga kali ketika pagi dan petang, maka segala
sesuatu akan dicukupkan untuknya. HR. Abu Daud no. 5082, Tirmidzi no. 3575. Al
3. Sayyidul Istighfar
“ Allahumma anta robbii laa ilaha illa anta,
kholaqtanii wa anaa ‘abduka wa anaa ‘ala ‘ahdika wa wa’dika mas-tatho’tu.
A’udzu bika min syarri maa shona’tu. Abu-u laka bi ni’matika ‘alayya wa abu-u
bi dzambii. Fagh-firlii fainnahu laa yagh-firudz dzunuuba illa anta.”
Artinya:“Ya
Allah, Engkau adalah Rabbku, tidak ada ilah yang berhak disembah kecuali
Engkau, Engkaulah yang menciptakanku. Aku adalah hamba-Mu. Aku akan setia pada
perjanjianku pada-Mu (yaitu aku akan mentauhidkan-Mu) semampuku dan aku yakin
akan janji-Mu (berupa surga untukku). Aku berlindung kepada-Mu dari kejelekan
yang kuperbuat. Aku mengakui nikmat-Mu kepadaku dan aku mengakui dosaku. Oleh
karena itu, ampunilah aku. Sesungguhnya tiada yang mengampuni dosa kecuali
Engkau.” (Dibaca 1 x)
Faedah: Barangsiapa
mengucapkan dzikir ini di siang hari dalam keadaan penuh keyakinan, lalu ia
mati pada hari tersebut sebelum petang hari, maka ia termasuk penghuni surga.
Barangsiapa yang mengucapkannya di malam hari dalam keadaan penuh keyakinan,
lalu ia mati sebelum pagi, maka ia termasuk penghuni surga. HR. Bukhari no.
6306
4.
Bismillahilladzi laa yadhurru ma’asmihi syai-un
fil ardhi wa laa fis samaa’ wa huwas samii’ul ‘aliim.
Artinya:“Dengan
nama Allah yang bila disebut, segala sesuatu di bumi dan langit tidak akan
berbahaya, Dia-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (Dibaca 3 x)
Faedah:
Barangsiapa yang mengucapkan dzikir tersebut sebanyak tiga kali di pagi hari
dan tiga kali di petang hari, maka tidak akan ada bahaya yang tiba-tiba yang
memudaratkannya. HR. Abu Daud no. 5088, 5089, Tirmidzi no. 3388, dan Ibnu Majah
no. 3869.
5. Dari Abu Wail berkata: “Ada seorang (budak) laki-laki datang kepada
Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu dan berkata, “Wahai amirul mukminin,
saya tidak mampu melunasi uang syarat pembebasan saya, maka bantulah saya!”Mendengar
hal itu, Ali bin Abi Thalib berkata, “Maukah engkau apabila aku ajarkan
kepadamu beberapa patah kata yang telah diajarkan Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa salam kepadaku. Dengan beberapa patah kata itu, seandainya engkau memiliki
hutang sebesar gunung Shir niscaya Allah akan membayarkan hutangmu. Bacalah:
( 7x )
“ Allahummak-finii bihalaalika ‘an
haroomika, wa aghniinii bi fadhlika ‘amman siwaaka “
Artinya: “ Ya
Allah, cukupilah aku dengan rizki-Mu yang halal sehingga aku terhindar dari
rizki yang haram dan perkayalah aku dengan karunia-Mu sehingga aku tidak
meminta kepada selain-Mu.” (HR. Tirmidzi no. 3563, Ahmad no. 1319 dan
Al-Hakim no. 1973)
6. Sebagaimana riwayat Al
Imam Abu Daud Radiyallahu Anhu : ‘Barangsiapa di pagi hari atau di sore hari
membaca HASBIYALLAAHU LAAILAHA ILLA HUWA ‘ALAIHI TAWAKKALTU WAHUWA RABBUL
‘ARSYIL ‘AADZIIIM ” sebanyak 7 kali, maka Allah akan melindunginya dari
apa yang dirisaukannya, apakah ia membacanya dengan kesungguhan atau tidak
dengan kesungguhan” (H.R. Abu Dawud)
Artinya: Jika
Mereka Berpaling(Dari Keimanan), Maka Katakanlah, “Cukuplah Allah bagiku; tidak
ada Tuhan selain Dia. Hanya kepada-Nya aku bertawakkal dan Dia adalah Tuhan
yang memiliki ‘Arsy yang Agung
7.
Hasbunallah Wa Ni’mal
Wakil, Ni’mal Maula Wa Ni’man Nashir
Artinya: “Cukuplah Allah menjadi Penolong bagi kami dan Allah
adalah sebaik-baik Pelindung”
Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
Barangsiapa yang mencari
kecukupan (dari Allah) maka Allah mencukupkannya.”
8. Yaa
hayyu yaa qåyyuum, bi råhmatika astaghiitsu, ash-lihliy sya’niy kullahu, wa laa
takilniy ila nafsiy thårfata ‘ayn.
Artinya: “Wahai
Rabb Yang Mahahidup, wahai Rabb Yang Mahaberdiri Sendiri (tidak butuh segala
sesuatu), dengan rahmat-Mu aku meminta pertolongan, perbaikilah segala urusanku
dan janganlah Engkau serahkan (urusanku) kepada diriku sendiri walaupun hanya
sekejap mata (tanpa mendapat pertolongan dari-Mu).” (Dibaca 1 x pagi dan
petang)
Keterangan: HR.
An-Nasa-i dalam ‘Amalul Yaum wal Lailah no.575, al-Bazzar dan al-Hakim
1/545, lihat Shahiih at-Targhiib wat Tarhiib I/417 no. 661, ash-Shahiihah
no. 227, hasan. Dari Anas RA.
9. A’udzu
bikalimaatillahit-taammaati min syarri maa kholaq.
Artinya: “Aku
berlindung dengan kalimat-kalimat Allah yang sempurna dari kejahatan makhluk
yang diciptakanNya.” (Dibaca 3 x pada waktu petang)
Faedah: Siapa yang
mengucapkannya di petang hari, niscaya tidak ada racun atau binatang (seperti:
kalajengking) yang mencelakakannya di malam itu. HR. Ahmad 2: 290.
10.
Laa ilaha illallah wahdahu laa syarika lah,
lahul mulku walahul hamdu wa huwa ‘ala kulli syai-in qodiir.
Artinya:“Tidak ada ilah yang berhak disembah selain Allah
semata, tidak ada sekutu bagi-Nya. Bagi-Nya kerajaan dan segala pujian. Dia-lah
yang berkuasa atas segala sesuatu.” (Dibaca 1o x)
Faedah: Barangsiapa
yang membaca dzikir tersebut di pagi hari sebanyak sepuluh kali, Allah akan
mencatatkan baginya 10 kebaikan, menghapuskan baginya 10 kesalahan, ia juga
mendapatkan kebaikan semisal memerdekakan 10 budak, Allah akan melindunginya
dari gangguan setan hingg petang hari. Siapa yang mengucapkannya di petang hari,
ia akan mendapatkan keutamaan semisal itu pula. HR. An Nasai Al Kubra 6:
100.
11.
Astaghfirullåha wa atuubu ilayh
Artinya: “ Aku
memohon ampunan kepada Allah dan bertobat kepada-Nya.”
Keterangan : Dzikir
ini dibaca 100 kali dalam sehari, boleh dipagi hari atau sore hari. HR. Al-Baari XI/101 dan Muslim
no.2702. Dari Ibnu 'Umar ia berkata: "Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
Sallam bersabda: 'Wahai manusia, bertaubatlah kalian kepada Allah,
sesungguhnya aku bertaubat kepada-Nya dalam sehari seratus kali.'" HR.
Muslim no. 2702 (42). Dalam riwayat lain dari Agharr al-Muzani, Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda: "Sesungguhnya hatiku terkadang
lupa, dan sesungguhnya aku istighfar (minta ampun) kepada Allah dalam sehari
seratus kali." (HR. Muslim no. 2075 (41))Kemudian Nabi Shallallahu ‘alaihi
wa Sallam bersabda: "Barangsiapa yang mengucapkan: 'Aku memohon ampunan
kepada Allah Yang Maha Agung, Yang tidak ada Ilah (yang berhak diibadahi dengan
benar) kecuali Dia, Yang Maha hidup lagi Mahaberdiri sendiri dan aku bertaubat
kepada-Nya.' Maka Allah akan mengampuni dosanya meskipun ia pernah lari dari
medan perang." HR. Abu Dawud no. 1517, at-Tirmidzi no. 3577
dan al-Hakim I/511. Lihat Shahiih at-Tirmidzi III/182 no.2831.Adapun
ayat Al-Qur’an yang menganjurkan istighfar dan taubat di antaranya: (QS. Huud:
3), (QS. An-Nuur: 31), (QS. At-Tahriim: 8) dan lain-lain.
1 12.
Subhaanallåhi wa bihamdih.
Artinya: “Maha suci Allah, aku memuji-Nya.” (Dibaca
100 x)
Faedah: Barangsiapa
yang mengucapkan kalimat ‘subhanallah wa bi hamdih’ di pagi dan petang
hari sebanyak 100 x, maka tidak ada yang datang pada hari kiamat yang lebih
baik dari yang ia lakukan kecuali orang yang mengucapkan semisal atau lebih
dari itu. HR. Muslim no. 2692.
1 13 Dibaca
10x ketika pagi dan sore. “Barangsiapa yang membaca shalawat
kepadaku ketika pagi sepuluh kali dan ketika sore sepuluh kali maka dia akan
mendapatkan syafa’atku pada hari kiamat.” (HR. Ath-Thabraniy dengan dua
sanad, salah satu sanadnya jayyid, lihat Majma’uz Zawaa`id 10/120 dan Shahih
At-Targhiib wat Tarhiib 1/273)
Bacaan Dzikir Sebelum Tidur
Salah Satu Bacaan Dzikir Sebelum Tidur yaitu Ayat Kursi
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda, “Apabila engkau mendatangi tempat tidur (di malam hari),
bacalah Ayat Kursi, niscaya Allah akan senantiasa menjagamu dan setan tidak
akan mendekatimu hingga waktu pagi” (HR. Al-Bukhari).
Jadikanlah ayat kursi sebagai
dzikir rutin yang dibaca ketika hendak tidur. Selain itu, ayat kursi juga
termasuk bacaan dzikir pagi dan petang.
Salah Satu Sebab Masuk Surga
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda, “Barangsiapa yang membaca Ayat Kursi setelah selesai shalat,
maka tidak ada yang menghalanginya masuk surga kecuali kematian” (HR. An
Nasa-i, dinilai shahih oleh Syaikh Al-Albani).
Rabu, 29 Juli 2015
Ikhlas dan niat
Diriwayatkan
dari Abu Hurairah Abdur Rahman bin Shakhr ra.berkata , “Rasulullah
saw.bersabda, ’ sesungguhnya Allah swt. itu tidak memandang tubuh kalian,tidak
pulah memandang bentuk rupamu,tetapi Allah memandag hati kalian’.” ( Riawayat
Muslim) .
Hadits ini
senada dengan dengan kandungan firman Allah Ta’ala:
“Hai manusia,
sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan
dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku, supaya kamu saling
mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah
adalah orang yang paling takwa diantara kamu.” (QS. Al-Hujuraat : 13)
Allah Subhanahu
wa Ta’ala tidak melihat fisik para hamba-Nya, besar atau kecil, sehat atau
sakit, sebagaimana juga tidak melihat rupa mereka apakah baik bagus ataupun
buruk. Allah juga tidak melihat nasab mereka, tinggi maupun rendah, Allah juga
tidak melihat harta-harta mereka. Allah Subhanau wa Ta’ala tidak melihat itu
semua, karena semua itu tidak berarti disisi Allah.
Tidak ada
hubungan antara Allah Subhanahu wa Ta’ala dan makhluk-Nya, kecuali hanyalah
takwa, maka barang siapa yang bertakwa kepada Allah, dia lebih dekat kepada
Allah dan lebih mulia disisi-Nya. Karena itu, janganlah kamu menyombongkan hartamu, kecantikanmu, jasadmu
anak-anakmu, istanamu, mobilmu, dan apapun yang didunia ini. Saat kamu mendapat
taufiq dari Allah menjadi orang yang bertakwa, maka hal itu merupakan karunia
Allah yang dilimpahkan kepadamu. Maka hendaknya kamu bersyukur kepada Allah
atas karunia tersebut.
Ketahuilah
bahwa sesungguhnya amalan itu pasti disertai niat yang bersumber dari hati.
Berapa banyak orang yang pada lahirnya sehat, baik dan shalih, akan tetapi
manakala berdiri diatas sesuatu yang rusak dia akan menjadi hancur pula.
Yang menjadi
tolak ukur adalah niat. Kamu mendapati dua orang yang shalat dalam satu shaf,
mengikuti satu imam, namun nilai shalat mereka berbeda jauh bak timur dan
barat, karena hati mereka berbeda. Salah satu dari mereka berdua, hatinya lalai
bakan riya’ dalam melaksanakan shalatnya; dia melaksanakan shalat untuk
kepentingan duniawi. Na’udzubillah. Sedangkan yang satunya lagi,
mendirikan shalat dengan menghadirkan hati dan menginginkan wajah Allah, serta
mengikuti sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam.
Diantara
keduanya terdapat perbedaan yang mencolok. Tandanya apa yang terdapat dalam
hati, dan dari sanalah Allah memberikan pahala dihari kiamat, sebagaimana
firman Allah Subhanahu wa Ta’ala,
“Sesungguhnya
Allah benar-benar kuasa untuk mengembalikannya (hidup sesudah mati). Pada hari
dinampakkan segala rahasia.” (QS.
Ath-Thaariq :8-9)
a)
Bahwa suatu amalan itu teranggap dan
bernilai di sisi Allah dengan niat yang ikhlash dan baik bukan dari bentuknya.
Sehingga yang dihukumi adalah niat dari yang beramal. Jika niatnya ikhlash maka
amalan itu amalan yang shalih. Jika niat pelaku amalan itu tidak ikhlash karena
Allah maka amalannya itu rusak walaupun bentuknya adalah amalan shalih.
b) Hendaknya seseorang tidak
berbangga-bangga dengan banyaknya melakukan amalan shalih namun tidak ikhlash
karena itu tidak bernilai di sisi Allah. Seseorang yang
berinfak dengan nilai yang sedikit disertai ikhlas itu lebih baik dari
seseorang yang berinfak dengan jutaan atau milyaran rupiah namun itu karena
riya'. Sebab, yang pertama tercatat sebagai amalan shalih dan memberatkan
timbangan amal pelakunya sedangkan yang kedua tidak.
c)
Kecantikan itu ada dua: yang zhahir
(tampak) dan bathin (tersembunyi). Kecantikan batin
seperti keimanan, ketakwaan, ilmu, akal yang sehat, kedermawanan, akhlak yang
mulia. Inilah yang dilihat oleh Allah dan yang dicintai-Nya. Sehingga keindahan
batin itu lebih baik dari keindahan zhahir.
d)
Keindahan zhahir seperti harta dan
jasmani itu tidak bernilai dan tidak dilihat oleh Allah kecuali jika digunakan
di dalam ketaatan kepada-Nya.
e)
Seorang mukmin yang
memiliki kecantikan yang batiniah akan memiliki wibawa dan disenangi manusia
sesuai dengan kadar keimanannya. Barangsiapa yang melihatnya akan mencintai
dan segan kepadanya walaupun ia berkulit hitam dan tidak tampan atau cantik
secara fisik. Dan ini hal yang kita saksikan di lingkungan kita.
Dan sebaliknya jika seseorang memiliki keindahan lahiriah
namun berakhlak jelek, pelaku kemaksiatan, dan hal-hal yang terlarang, maka
akan dibenci dan tidak memiliki kewibawaan di hadapan orang mukmin.
a. Jika tempat takwa itu di hati maka tidak
ada yang bisa menelaahnya kecuali Allah 'Azza wa Jalla. Orang yang
menampakkan ketakwaaan secara zhahirnya maka itu yang kita hukumi. Adapun
niatnya maka itu antara dirinya dengan Allah Yang Maha Mengetahui dan Maha
Mengawasi segala sesuatu.
b. Sesungguhnya takwa jika telah ada di
hati seseorang maka akan tampak buahnya di amalan anggota badannya dengan ia
istiqamah dan meninggalkan kemaksiatan. Dan seorang
mukmin yang Allah terangi hatinya dengan iman akan tampak cahaya iman di
wajahnya dan akan dikenakan rasa cinta dan wibawa di hadapan manusia.
c. Jika Allah tidak melihat kepada
bentuk jasad dan harta seseorang lalu bagaimana kita mengutamakan seseorang
dengan sesuatu yang Allah tidak mengutamakannya dengan hal itu?
Seperti mengutamakan orang kaya yang fasik dari orang miskin yang shalih. Maka
seharusnya kita melihat dan menilai seseorang sebagaimana yang Allah lihat pada
seseorang itu yaitu kebaikan amalan-amalan mereka.
Jika hatimu sehat dan baik, maka bergembiralah dengan
kebaikan tetapi jika tidak, maka kamu kehilangan kebaikan, semuanya. Sebagaimana
firman Allah Subhanahu wa Ta’ala,
“Maka apakah dia tidak mengetahui apabila dibangkitkan
apa yang ada di dalam kubur. Dan dilahirkan apa yang ada didalam kalbu
.” (QS. Al-‘Aadiyaat :9-10)
Langganan:
Postingan (Atom)