KEUTAMAAN BERTEMAN ORANG SHALIH
Dalam sebuah hadits Rasululah ﷺ
menjelaskan tentang peran dan dampak seorang teman dalam sabda beliau :
مَثَلُ الْجَلِيسِ الصَّالِحِ وَالسَّوْءِ كَحَامِلِ الْمِسْكِ وَنَافِخِ الْكِيرِ
، فَحَامِلُ الْمِسْكِ إِمَّا أَنْ يُحْذِيَكَ ، وَإِمَّا أَنْ تَبْتَاعَ مِنْهُ ،
وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ مِنْهُ رِيحًا طَيِّبَةً ، وَنَافِخُ الْكِيرِ إِمَّا أَنْ يُحْرِقَ
ثِيَابَكَ ، وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ رِيحًا خَبِيثَة
“Permisalan teman yang baik dan
teman yang buruk ibarat seorang penjual minyak wangi dan seorang pandai besi.
Penjual minyak wangi mungkin akan memberimu minyak wangi, atau engkau bisa
membeli minyak wangi darinya, dan kalaupun tidak, engkau tetap mendapatkan bau
harum darinya. Sedangkan pandai besi, bisa jadi (percikan apinya) mengenai
pakaianmu, dan kalaupun tidak engkau tetap mendapatkan bau asapnya yang tak
sedap.” (HR. Bukhari 5534 dan Muslim 2628)
Ibnu Hajar Al Asqalani
rahimahullah mengatakan : “Hadits di ini menunjukkan larangan berteman dengan
orang-orang yang dapat merusak agama maupun dunia kita. Hadits ini juga
mendorong seseorang agar bergaul dengan orang-orang yang dapat memberikan
manfaat dalam agama dan dunia.”( Fathul Bari 4/324)
ADA 3
POIN MANFAAT BERTEMAN DENGAN ORANG SHALIH
1- Dia
akan mengingatkan kita untuk beramal shalih, juga saat terjatuh dalam
kesalahan.
2- Dia
akan mendoakan kita dalam kebaikan.
3- Teman
dekat yang baik akan dibangkitkan bersama kita pada hari kiamat.
Yang menjadi dalil teman shalih
akan selalu mendukung kita dalam kebaikan dan mengingatkan kita dari kesalahan,
lihat kisah persaudaraan Salman dan Abu Darda’ berikut.
Dari Abu Juhaifah Wahb bin
‘Abdullah berkata, “Nabi ﷺ pernah mempersaudarakan antara Salman dan
Abu Darda’. Tatkala Salman bertandang (ziarah) ke rumah Abu Darda’, ia melihat
Ummu Darda’ (istri Abu Darda’) dalam keadaan mengenakan pakaian yang serba
kusut. Salman pun bertanya padanya, “Mengapa keadaan kamu seperti itu?” Wanita
itu menjawab, “Saudaramu Abu Darda’ sudah tidak mempunyai hajat lagi pada
keduniaan.”
Kemudian Abu Darda’ datang dan
ia membuatkan makanan untuk Salman. Setelah selesai Abu Darda’ berkata kepada
Salman, “Makanlah, karena saya sedang berpuasa.” Salman menjawab, “Saya tidak
akan makan sebelum engkau pun makan.” Maka Abu Darda’ pun makan. Pada malam
harinya, Abu Darda’ bangun untuk mengerjakan shalat malam. Salman pun berkata
padanya, “Tidurlah.” Abu Darda’ pun tidur kembali.
Ketika Abu Darda’ bangun hendak
mengerjakan shalat malam, Salman lagi berkata padanya, “Tidurlah!” Hingga pada
akhir malam, Salman berkata, “Bangunlah.” Lalu mereka shalat bersama-sama.
Setelah itu, Salman berkata kepadanya,
إِنَّ لِرَبِّكَ عَلَيْكَ حَقًّا ، وَلِنَفْسِكَ عَلَيْكَ حَقًّا ، وَلأَهْلِكَ
عَلَيْكَ حَقًّا ، فَأَعْطِ كُلَّ ذِى حَقٍّ حَقَّهُ
“Sesungguhnya bagi Rabbmu ada hak, bagi dirimu ada hak, dan
bagi keluargamu juga ada hak. Maka penuhilah masing-masing hak tersebut.“
Kemudian Abu Darda’ mendatangi
Nabi ﷺ lalu menceritakan apa yang baru saja
terjadi. Beliau lantas bersabda, “Salman itu benar.” (HR. Bukhari, no. 1968).
2- Dia akan mendoakan kita dalam kebaikan.
Dari Shafwan bin ‘Abdillah bin
Shafwan –istrinya adalah Ad Darda’ binti Abid Darda’-, beliau mengatakan,
“Aku tiba di negeri Syam.
Kemudian saya bertemu dengan Ummu Ad-Darda’ (ibu mertua Shafwan, pen) di rumah.
Namun, saya tidak bertemu dengan Abu Ad-Darda’ (bapak mertua Shafwan, pen).
Ummu Ad-Darda’ berkata, “Apakah engkau ingin berhaji tahun ini?” Aku (Shafwan)
berkata, “Iya.”
Ummu Darda’ pun mengatakan, “Kalau begitu do’akanlah kebaikan
pada kami karena Nabi ﷺ pernah bersabda,”
دَعْوَةُ الْمَرْءِ الْمُسْلِمِ لأَخِيهِ بِظَهْرِ الْغَيْبِ مُسْتَجَابَةٌ
عِنْدَ رَأْسِهِ مَلَكٌ مُوَكَّلٌ كُلَّمَا دَعَا لأَخِيهِ بِخَيْرٍ قَالَ الْمَلَكُ
الْمُوَكَّلُ بِهِ آمِينَ وَلَكَ بِمِثْلٍ
“Sesungguhnya do’a seorang
muslim kepada saudaranya di saat saudaranya tidak mengetahuinya adalah doa’a
yang mustajab (terkabulkan). Di sisi orang yang akan mendo’akan saudaranya ini
ada malaikat yang bertugas mengaminkan do’anya. Tatkala dia mendo’akan saudaranya
dengan kebaikan, malaikat tersebut akan berkata: Aamiin. Engkau akan
mendapatkan semisal dengan saudaramu tadi.”
Shafwan pun mengatakan, “Aku pun
bertemu Abu Darda’ di pasar, lalu Abu Darda’ mengatakan sebagaimana istrinya
tadi. Abu Darda’ mengatakan bahwa dia menukilnya dari Nabi ﷺ.”
(HR. Muslim, no. 2733)
Saat kita tasyahud, kita seringkali membaca bacaan berikut,
السَّلاَمُ عَلَيْنَا وَعَلَى عِبَادِ اللَّهِ الصَّالِحِينَ
“Assalaamu ‘alainaa wa ‘ala
‘ibadillahish shalihiin (artinya: salam untuk kami dan juga untuk hamba Allah
yang shalih).”
Disebutkan dalam lanjutan hadits,
فَإِنَّكُمْ إِذَا قُلْتُمُوهَا أَصَابَتْ كُلَّ عَبْدٍ لِلَّهِ صَالِحٍ فِى
السَّمَاءِ وَالأَرْضِ
“Jika kalian mengucapkan seperti
itu, maka doa tadi akan tertuju pada setiap hamba Allah yang shalih di langit
dan di bumi.” (HR. Bukhari, no. 831 dan Muslim, no. 402).
Shalihin adalah bentuk plural dari shalih. Ibnu Hajar
berkata, “Shalih sendiri berarti,
الْقَائِم بِمَا يَجِب عَلَيْهِ مِنْ حُقُوق اللَّه وَحُقُوق عِبَاده وَتَتَفَاوَت
دَرَجَاته
“Orang yang menjalankan
kewajiban terhadap Allah dan kewajiban terhadap sesama hamba Allah. Kedudukan
shalih pun bertingkat-tingkat.” (Fath Al-Bari, 2: 314).
3- Teman dekat yang baik akan dibangkitkan bersama kita pada
hari kiamat.
Dari Abu Musa radhiyallahu ‘anhu, ia berkata,
قِيلَ لِلنَّبِىِّ – صلى الله عليه وسلم – الرَّجُلُ يُحِبُّ الْقَوْمَ وَلَمَّا
يَلْحَقْ بِهِمْ قَالَ « الْمَرْءُ مَعَ مَنْ أَحَبَّ
“Ada yang berkata pada Nabi ﷺ,
‘Ada seseorang yang mencintai suatu kaum, namun ia tak pernah berjumpa dengan
mereka.’ Nabi ﷺ lantas bersabda, ‘Setiap orang akan
dikumpulkan bersama orang yang ia cintai.’” (HR.Bukhari,:6170; Muslim,:2640)
Malik bin Dinar rahimahullah
berkata :
“Bergaullah dengan orang-orang
yang baik, niscaya engkau akan menjadi seorang yang selamat”
“(Namun) cobalah sehari saja
engkau bergaul dengan orang-orang yang jelek, maka niscaya engkau akan menyesal
(selamanya).”
SEMOGA BERMANFAAT
Tidak ada komentar:
Posting Komentar